Akhlak Anak terhadap Orang Tua
Tugas Mata Kuliah Akhlak
AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA
Dosen Pengampu : Ibu Tri Astutik Haryanti, M.Ag.
Disusun oleh :
Nama
|
: MUQORROBIN
|
NIM
|
: 123111305
|
PROGRAM
PENINGKATAN KUALIFIKASI SARJANA (S1)
IAIN
WALISONGO SEMARANG PROGRAM
DUAL
MODE SYSTEM (DMS)
DI
STAIN PEKALONGAN
2013
AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA
A. PENDAHULUAN
Surga
di bawah telapak kaki ibu. Sebuah ungkapan yang menjunjung tinggi martabat dan
kemuliaan seorang ibu. Namun, betapa berat tanggungan seorang ibu di kala
mengandung dan demikian pula kalau sudah datang waktunya melahirkan. Dengan
mengerahkan seluruh perhatiannya, jiwa-raga dan tenaga si ibu melahirkan jabang
bayinya dengan harap-harap cemas. Berharap agar si bayi yang dilahirkannya
sehat dan sempurna. Sempurna anggota badannya, keseluruhan jasmaninya, maupun
rohaninya. Cemas kalau-kalau jabang bayinya tidak normal baik jasmani maupun
rohaninya atau ada gangguan-gangguan yang tidak diinginkannya. Di samping itu
derita jasmani si ibu menahan sakit di kala melahirkan jabang bayi tersebut.
Setelah
jabang bayinya lahir, betapa kasih sayang ibu kepada anaknya seakan-akan segala
yang ada pada ibu adalah untuk anaknya. Jiwa, raga, perhatian, kasih, sayang
semuanya ditumpahkan untuk si jabang bayi itu, agar si bayi selamat sentosa
dalam pertumbuhannya menjadi manusia yang baik. Kata sanjung dan manjaan, kata
timang yang mengandung doa dan harapan meluncur dicurahkan untuk si bayi,
semoga kelak menjadi manusia yang ideal. Bagus, ayu, gagah, tampan, buyung,
upik, asep, geulis, manis, molek, endah, elok, dan semua sifat-sifat yang indah
dan baik dipanggilkan untuk anaknya, karena kasih sayang kepada anak.
Ibu
dan ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya kepada anak-anaknya.
Mereka mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anaknya tersebut. Jasa
beliau berdua tidak dapat dihitung dan tidak dapat dibandingkan dengan harta.
Kalau ibu
merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil, maka ayahpun merawatnya, mencarikan
nafkahnya, membesarkannya, mendidik dan menyekolahkannya, di samping usaha sang
ibu. Kalau mulai masa mengandung sampai masa di mana si anak mulai dapat
membedakan hal baik dan buruk; si ibu sangat berperan, maka mulai masa belajar,
ayah lebih tampak kewajibannya, mendidiknya, dan mempertumbuhkannya menjadi
dewasa. Namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, maka tidaklah
keliru apabila dikatakan lebih berat tugas ibu daripada tugas ayah. Banyak
sekali masalah yang tidak dapat diselesaikan ayah terhadap anaknya, namun dapat
diselessaikan oleh dan hanya sang ibu.
B. PEMBAHASAN
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan faktor utama diterimanya
doa seseorang, juga merupakan amal saleh paling utama yang dilakukan oleh
seorang muslim. Banyak sekali ayat Al-Quran ataupun Hadis yang menjelaskan
keutamaan berbuat baik kepada kedua orang tua. Oleh karena itu perbuatan
terpuji ini seiring dengan nilai-nilai kebaikan untuk selamanya dan dicintai
oleh setiap orang sepanjang masa. Salah satu keutamaan berbuat baik kepada
kedua orang tua, di samping melaksanakan ketaatan atas perintah Allah SWT,
adalah menghapus dosa-dosa besar.
Dasar-dasar keharusan berbuat baik kepada orang tua:
1.
Dasar Al-Qur’an
a.
Allah SWT berfirman:
* (#r߉ç6ôã$#ur ©!$# Ÿwur (#qä.ÎŽô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«ø‹x© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) “É‹Î/ur 4’n1öà)ø9$# 4’yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í‘$pgø:$#ur “ÏŒ 4’n1öà)ø9$# Í‘$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@‹Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷ƒr& 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä† `tB tb%Ÿ2 Zw$tFøƒèC #·‘qã‚sù ÇÌÏÈ
Artinya:
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu
sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S. An-Nisa : 36)
Yang dimaksud dengan tetangga dekat dan jauh di sini ada yang
mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang
Muslim dan yang bukan Muslim. Adapun pengertian ibn al-sabil ialah orang
yang dalam perjalanan yang bukan untuk ma'shiat dan dalam keadaan kehabisan
bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.
Dalam ayat ini Allah SWT menghubungkan peribadatan kepada-Nya
dengan berbuat baik kepada kedua orang tua. Ini menunjukkan betapa mulianya
kedudukan kedua orang tua dan makna dari birr al-walidain itu sendiri.
b.
Allah SWT berfirman:
$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒy‰Ï9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çm•Bé& $·Z÷dur 4’n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur ’Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# ’Í< y7÷ƒy‰Ï9ºuqÎ9ur ¥’n<Î) çŽÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ
Artinya:
“Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S Luqman : 14)
Maksud dari kata menyapihnya dalam dua tahun adalah selambat-lambat
waktu menyapih yaitu setelah anak berumur dua tahun.
c.
Berikutnya dalam surat Luqman ayat 15 menyebutkan:
bÎ)ur š‚#y‰yg»y_ #’n?tã br& š‚Íô±è@ ’Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ Ÿxsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur ’Îû $u‹÷R‘‰9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur Ÿ@‹Î6y™ ô`tB z>$tRr& ¥’n<Î) 4 ¢OèO ¥’n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ
Artinya:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka
Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Luqman : 15)
d.
Dalam Al-Qur’an pada ayat yang lain disebutkan:
* 4Ó|Ós%ur y7•/u‘ žwr& (#ÿr߉ç7÷ès? HwÎ) çn$ƒÎ) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7tƒ x8y‰YÏã uŽy9Å6ø9$# !$yJèd߉tnr& ÷rr& $yJèdŸxÏ. Ÿxsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& Ÿwur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJƒÌŸ2 ÇËÌÈ
Artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra’ :23)
e.
Surat Al-Isra’ ayat 24 menjelaskan lebih dalam juga
ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA—%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§‘ $yJßg÷Hxqö‘$# $yJx. ’ÎT$u‹/u‘ #ZŽÉó|¹ ÇËÍÈ
Artinya:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S. Al-Isra’ : 24)
f.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 8 disebutkan
$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒy‰Ï9ºuqÎ/ $YZó¡ãm ( bÎ)ur š‚#y‰yg»y_ x8ÎŽô³çFÏ9 ’Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïã Ÿxsù !$yJßg÷èÏÜè? 4 ¥’n<Î) öNä3ãèÅ_ötB /ä3ã¤Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÑÈ
Artinya:
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-
bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Ankabut
: 8)
2.
Dasar Al-Hadis
a.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Abdullah ibn Mas’ud berkata:
سَأَلْتُ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ:
اَلصَّلاَةُ لِوَقْتِهَا قُلْتُ: ثُــمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ
قُلْتُ: ثُــمَّ أَيٌّ؟قَالَ: اَلْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ. (رواه البخارى و
مسلم)
Artinya:
“Aku
bertanya kepada Rasulullah SAW; Apakah amalan yang di utama? Beliau menjawab,
sholat pada waktunya. Saya bertanya lagi; kemudian apa? Beliau menjawab, berbuat baik kepada kedua orang
tua. Saya bertanya lagi; kemudian apa? Beliau
menjawab, jihad di jalan Allah.” (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)
b.
Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Amr
bin Ash dikatakan:
عَنْ
عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَاعَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رِضَااللهِ فِيْ رِضَاالْوَالِدَيْنِ
وَسُخْطُ اللهِ فِيْ َسُخْطِ الْوَالِدَيْنِ (اخرجه التّرمذى وصحّحه ابن حبّان
والحاكم)
Artinya:
Dari
Abdullah bin Amr bin Ash RA., dari Nabi SAW beliau bersabda: Keridlaan Allah
terletak pada keridlaan kedua orang tua, dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan
kedua orang tua. (dikeluarkan oleh Tirmidzi dan dibenarkan oleh Ibnu Hibban)
c.
Dalam riwayat lain disebutkan:
عَنْ
ابْنِ عَمْرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: رِضَاالرَّبِّ فِيْ رِضَاالْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ الرَّبِّ فِيْ
َسُخْطِهِمَا(حديث صحيح رواه الطّبرانى)
Artinya:
Dari
Ibnu Umar ra. berkata: Nabi SAW bersabda: Keridlaan Tuhan terletak pada
keridlaan kedua orang tua, dan kemarahan Tuhan terletak pada kemarahan
keduanya. (HR. At-Thabrani)
d.
Dalam riwayat lain disebutkan:
جَاءَ
رَجُلٌ اِلَى النَّبِى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَهُ فِى
الْجِهَادِ. فَقَالَ: أَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ:
فَفِيْهِمَافَجَاهِدْ (متّفق عَلَيْهِ)
Artinya:
Seseorang
datang kepada Nabi SAW, kemudian minta izin untuk mengikuti jihad. Beliau lalu
bertanya: Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Dia menjawab: Ya. Beliau pun
mengatakan: Pada keduanya hendaklah engkau berjihad.” (Muttafaq alih)
e.
Dalam Hadits ysng lain Nabi SAW bersabda:
عَنْ
اَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: اَلْجَنَّةُ تَحْتَ اَقْدَامِ الْأُمَّهَاتِ (رواه البخارى)
Artinya:
Dari
Anas ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Surga itu di bawah telapak kaki
ibu.” (H.R. Al-Bukhori)
f.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.:
عَنْ
اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَارَسُوْلَ اللهِ مَنْ اَحَقُّ
بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ:
ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ:
ثُـمَّ أَبُوْكَ (رواه البخارى و مسلم)
Artinya:
Dari
Abu Hurairah ra berkata: seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, ia
berkata: Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk saya pergauli
dengan baik? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi
menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia
bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: kemudian bapakmu. (H.R. Al-Bukhori
dan Muslim)
g.
Riwayat yang lain menyebutkan:
Al-Bazzar
meriwayatkan hadis dari Buraidah dari ayahnya bahwa ada seorang laki-laki yang
sedang thowafsambil menggendong ibunya, lalu ia bertanya kepada Nabi Muhammad
SAW, “Apakah dengan ini saya sudah menunaikan haknya?” Beliau menjawab, “Belum,
walaupun secuil.”2)
C. ANALISA
Orang tua kita adalah orang yang sangat berjasa di dunia ini. Orang
tua adalah ayah dan ibu kita. Berbuat baik kepada beliau berdua menjadi
kewajiban seorang anak. Berbuat baik kepada kepada kedua orang tua biasa
dikenal dengan istilah birr al-walidain.
Kata birr berasal dari bahasa Arab yang berarti taat dengan
mempergaulinya secara baik atas dasar cinta dan kasih sayang. Menurut Imam
Nawawi birr al-walidain itu adalah berbuat baik kepada kedua orang tua,
bersikap baik kepadanya, serta melakukan hal-hal yang dapat membuatnya bahagia
serta berbuat baik kepada teman dan sahabat-sahabat keduanya.
Al-Imam Adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birr al-walidain itu
dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban yaitu:
1.
menaati segala perintah orang tua kecuali dalam maksiat.
2.
menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh
orang tua.
3.
membantu atau menolong orang tua apabila beliau berdua membutuhkan.
Birr al-walidain
merupakan perintah Allah SWT yang telah menjadi ketetapan-Nya untuk
dilaksanakan oleh setiap anak manusia. Menghormati dan menghargai serta
berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban yang harus dipatuhi karena
begitu besar jasa dan pengorbanan kedua orang tua, sampai-sampai Allah SWT
berwasiat kepada seluruh umat manusia untuk berbuat baik kepada keduanya
terlebih kepada ibu.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa dalam surat An-Nisa’ ayat
36, Allah SWT menghubungkan peribadatan kepada-Nya dengan peribadatan berupa
berbuat baik kepada kedua orang tua. Ini menandakan bahwa betapa mulianya
kedudukan kedua orang tua dan betapa besar makna dari birr al-walidain itu
sendiri.
Salah satu dari kedua orang tua yaitu seorang ibu. Beliau telah
mengandung anaknya berbulan-bulan lamanya. Dalam pada itu, keadaannya lemah
bertambah lemah. Setelah sang anak lahir, belumlah berhenti perjuangan seorang
ibu. Beliau menyusuinya dan kemudian menyapihnya setelah kurang lebih dua tahun
lamanya. Oleh karena itu seorang anak wajib bersyukur kepada kedua orang tuanya
yang telah menjadi musabab lahirnya anak di dunia ini.
Etika anak terhadap kedua orang tua telah diatur rinci dalam
al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 23. Mengucapkan kata “ah” (saja) kepada orang tua tidak dibolehkan oleh
agama apalagi mengucapkan kata-kata kasar atau kata-kata kotor kepada beliau
berdua. Atau bahkan memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.
Sebagai seorang anak harus sopan dan lemah lembut kepada kedua orang tua. Rendahkanlah
diri seorang anak terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah
dengan perkataan yang mulia. Kita sebagai seorang anak juga diperintah untuk
mendoakan mereka berdua, agar kiranya Allah SWT selalu melimpahkan kasih dan
sayang-Nya kepada kedua orang tua.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 8 sinkron dengan surat Luqman
ayat 15. Kedua ayat tersebut juga menyebutkan bahwa jika kedua orang tua
memaksa untuk menyekutukan atau menyembah kepada selain Allah SWT, maka
janganlah seorang anak mengikutinya, namun tetaplah pergauli keduanya dengan
baik selama di dunia ini. Hal itu menunjukkan bahwa kepada kedua orang tua yang
syirik pun seorang anak harus berbuat baik selama hidupnya di dunia.
Apalagi jika kedua orang tua adalah orang yang beriman kepada Allah SWT, maka
tidak ada alasan yang bisa dibenarkan untuk tidak berbakti kepada beliau
berdua.
Urutan amal utama setelah sholat pada waktunya yaitu birr
al-walidain atau berbuat baik kepada kedua orang tua. Bahkan birr
al-walidain tidak kalah utama bila dibandingkan dengan jihad di jalan
Allah. Ketahuilah bahwa ridla Allah SWT terletak pada keridlaan kedua arang
tua. Nabi Muhammad SAW memberi motivasi dan memerintahkan kepada umatnya untuk
berbakti kepada kedua orang tua, karena keridlaan Allah SWT berada pada
keridlaan kedua orang ibu dan bapak. Juga kemarahan atau kemurkaan Allah SWT
terletak pada kemurkaan kedua orang tua.
Ibu adalah salah satu dari kedua orang tua. Perbandingan seorang
ibu dengan ayah yaitu tiga banding satu. Pernah suatu ketika seorang laki-laki
datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata: Wahai Rasulullah, siapakah yang
paling berhak untuk saya pergauli dengan baik? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia
bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu
siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab:
kemudian bapakmu. Bahkan menurut Hadits dari Anas ra, atas dasar nilai bakti
seorang ibu maka Rasulullah SAW mengumpamakan bahwa surga itu di bawah telapak
kaki ibu.
D. KESIMPULAN
Paparan
makalah kami di atas dapat ditarik simpulannya antara lain:
o Berbuat baik
kepada kepada kedua orang tua biasa dikenal dengan istilah birr al-walidain.
o Birr
al-walidain merupakan
perintah Allah SWT untuk dilaksanakan oleh setiap anak manusia
o Birr
al-walidain dapat
direalisasikan dengan:
1.
menaati segala perintah orang tua kecuali dalam maksiat.
2.
menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh
orang tua.
3.
membantu atau menolong orang tua apabila beliau berdua membutuhkan.
o Akhlak anak
terhadap orang tua antara lain:
1.
Anak wajib bersyukur kepada orang tuanya yang telah menjadi musabab
lahirnya anak di dunia
2.
Tidak boleh mengucapkan kata-kata kasar
atau kata-kata kotor kepada orang tua
3.
Harus sopan dan lemah lembut kepada
kedua orang tua.
4.
Merendahkan diri terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan/ kasih sayang
5.
Mendoakan mereka berdua
6.
Jika orang tua memaksa untuk menyekutukan Allah SWT, maka janganlah
mengikutinya, namun tetaplah pergauli keduanya dengan baik
o Tiga amalan
utama secara berurutan: sholat tepat waktu, birr al-walidain, dan jihad
fisabilillah
o Ridla Allah SWT
tergantung pada ridla kedua orang tua dan murka Allah SWT tergantung murka
kedua orang tua
o Perbandingan
ibu dengan ayah dalam nilai bakti ibarat tiga banding satu.
o Surga
digambarkan oleh Nabi SAW sebagai berada di telapak kaki ibu.
Demikian makalah selesai kami susun. Mohon kritik dan sarannya.
Terima kasih.
E. DAFTAR PUSTAKA
Prof.
Dr. Rosihon Anwar, M.Ag., Akhlak Tasawuf, CV. Pustaka Setia, 2010
Drs.H.
Mustofa, Akhlak Tasawuf, CV. Pustaka Setia, 1997
Dr.
Juwariyah, M.Ag., Hadis Tarbawi, Teras, 2010
Komentar
Posting Komentar