Akhlak Anak terhadap Orang Tua


Tugas Mata Kuliah Akhlak
AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA
Dosen Pengampu : Ibu Tri Astutik Haryanti, M.Ag.














Disusun oleh :

Nama
: MUQORROBIN
NIM
: 123111305




PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI SARJANA (S1)
IAIN WALISONGO SEMARANG PROGRAM
DUAL MODE SYSTEM (DMS)
DI STAIN PEKALONGAN
2013


AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA

A.    PENDAHULUAN
Surga di bawah telapak kaki ibu. Sebuah ungkapan yang menjunjung tinggi martabat dan kemuliaan seorang ibu. Namun, betapa berat tanggungan seorang ibu di kala mengandung dan demikian pula kalau sudah datang waktunya melahirkan. Dengan mengerahkan seluruh perhatiannya, jiwa-raga dan tenaga si ibu melahirkan jabang bayinya dengan harap-harap cemas. Berharap agar si bayi yang dilahirkannya sehat dan sempurna. Sempurna anggota badannya, keseluruhan jasmaninya, maupun rohaninya. Cemas kalau-kalau jabang bayinya tidak normal baik jasmani maupun rohaninya atau ada gangguan-gangguan yang tidak diinginkannya. Di samping itu derita jasmani si ibu menahan sakit di kala melahirkan jabang bayi tersebut.
Setelah jabang bayinya lahir, betapa kasih sayang ibu kepada anaknya seakan-akan segala yang ada pada ibu adalah untuk anaknya. Jiwa, raga, perhatian, kasih, sayang semuanya ditumpahkan untuk si jabang bayi itu, agar si bayi selamat sentosa dalam pertumbuhannya menjadi manusia yang baik. Kata sanjung dan manjaan, kata timang yang mengandung doa dan harapan meluncur dicurahkan untuk si bayi, semoga kelak menjadi manusia yang ideal. Bagus, ayu, gagah, tampan, buyung, upik, asep, geulis, manis, molek, endah, elok, dan semua sifat-sifat yang indah dan baik dipanggilkan untuk anaknya, karena kasih sayang kepada anak.
Ibu dan ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya kepada anak-anaknya. Mereka mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anaknya tersebut. Jasa beliau berdua tidak dapat dihitung dan tidak dapat dibandingkan dengan harta.
Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil, maka ayahpun merawatnya, mencarikan nafkahnya, membesarkannya, mendidik dan menyekolahkannya, di samping usaha sang ibu. Kalau mulai masa mengandung sampai masa di mana si anak mulai dapat membedakan hal baik dan buruk; si ibu sangat berperan, maka mulai masa belajar, ayah lebih tampak kewajibannya, mendidiknya, dan mempertumbuhkannya menjadi dewasa. Namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, maka tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat tugas ibu daripada tugas ayah. Banyak sekali masalah yang tidak dapat diselesaikan ayah terhadap anaknya, namun dapat diselessaikan oleh dan hanya sang ibu.
B.     PEMBAHASAN
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan faktor utama diterimanya doa seseorang, juga merupakan amal saleh paling utama yang dilakukan oleh seorang muslim. Banyak sekali ayat Al-Quran ataupun Hadis yang menjelaskan keutamaan berbuat baik kepada kedua orang tua. Oleh karena itu perbuatan terpuji ini seiring dengan nilai-nilai kebaikan untuk selamanya dan dicintai oleh setiap orang sepanjang masa. Salah satu keutamaan berbuat baik kepada kedua orang tua, di samping melaksanakan ketaatan atas perintah Allah SWT, adalah menghapus dosa-dosa besar.
Dasar-dasar keharusan berbuat baik kepada orang tua:
1.      Dasar Al-Qur’an
a.       Allah SWT berfirman:
* (#rßç6ôã$#ur ©!$# Ÿwur (#qä.ÎŽô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ÉÎ/ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í$pgø:$#ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# Í$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷ƒr& 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä `tB tb%Ÿ2 Zw$tFøƒèC #·qãsù ÇÌÏÈ  
Artinya:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S. An-Nisa : 36)
Yang dimaksud dengan tetangga dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim. Adapun pengertian ibn al-sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan untuk ma'shiat dan dalam keadaan kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.
Dalam ayat ini Allah SWT menghubungkan peribadatan kepada-Nya dengan berbuat baik kepada kedua orang tua. Ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan kedua orang tua dan makna dari birr al-walidain itu sendiri.
b.      Allah SWT berfirman:
$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒyÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷ƒyÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) 玍ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ  
Artinya:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S Luqman : 14)
Maksud dari kata menyapihnya dalam dua tahun adalah selambat-lambat waktu menyapih yaitu setelah anak berumur dua tahun.
c.       Berikutnya dalam surat Luqman ayat 15 menyebutkan:
bÎ)ur š#yyg»y_ #n?tã br& šÍô±è@ Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ Ÿxsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur Ÿ@Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ  
Artinya:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Luqman : 15)
d.      Dalam Al-Qur’an pada ayat yang lain disebutkan:
* 4Ó|Ós%ur y7/u žwr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$­ƒÎ) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7tƒ x8yYÏã uŽy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdŸxÏ. Ÿxsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& Ÿwur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJƒÌŸ2 ÇËÌÈ  
Artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra’ :23)
e.       Surat Al-Isra’ ayat 24 menjelaskan lebih dalam juga
ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u­/u #ZŽÉó|¹ ÇËÍÈ
Artinya:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S. Al-Isra’ : 24)
f.       Dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 8 disebutkan
$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒyÏ9ºuqÎ/ $YZó¡ãm ( bÎ)ur š#yyg»y_ x8ÎŽô³çFÏ9 Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïã Ÿxsù !$yJßg÷èÏÜè? 4 ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB /ä3ã¤Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÑÈ  
Artinya:
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Ankabut : 8)

2.      Dasar Al-Hadis
a.       Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Abdullah ibn Mas’ud berkata:
سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ لِوَقْتِهَا قُلْتُ: ثُــمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ: ثُــمَّ أَيٌّ؟قَالَ: اَلْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ. (رواه البخارى و مسلم)
Artinya:
“Aku bertanya kepada Rasulullah SAW; Apakah amalan yang di utama? Beliau menjawab, sholat pada waktunya. Saya bertanya lagi; kemudian apa? Beliau  menjawab, berbuat baik kepada kedua orang tua. Saya bertanya lagi; kemudian apa? Beliau  menjawab, jihad di jalan Allah.” (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)
b.      Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Amr bin Ash dikatakan:
عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَاعَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رِضَااللهِ فِيْ رِضَاالْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللهِ فِيْ َسُخْطِ الْوَالِدَيْنِ (اخرجه التّرمذى وصحّحه ابن حبّان والحاكم)
Artinya:
Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA., dari Nabi SAW beliau bersabda: Keridlaan Allah terletak pada keridlaan kedua orang tua, dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan kedua orang tua. (dikeluarkan oleh Tirmidzi dan dibenarkan oleh Ibnu Hibban)
c.       Dalam riwayat lain disebutkan:
عَنْ ابْنِ عَمْرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: رِضَاالرَّبِّ فِيْ رِضَاالْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ الرَّبِّ فِيْ َسُخْطِهِمَا(حديث صحيح رواه الطّبرانى)
Artinya:
Dari Ibnu Umar ra. berkata: Nabi SAW bersabda: Keridlaan Tuhan terletak pada keridlaan kedua orang tua, dan kemarahan Tuhan terletak pada kemarahan keduanya. (HR. At-Thabrani)
d.      Dalam riwayat lain disebutkan:
جَاءَ رَجُلٌ اِلَى النَّبِى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَهُ فِى الْجِهَادِ. فَقَالَ: أَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَفِيْهِمَافَجَاهِدْ (متّفق عَلَيْهِ)
Artinya:
Seseorang datang kepada Nabi SAW, kemudian minta izin untuk mengikuti jihad. Beliau lalu bertanya: Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Dia menjawab: Ya. Beliau pun mengatakan: Pada keduanya hendaklah engkau berjihad.” (Muttafaq alih)
e.       Dalam Hadits ysng lain Nabi SAW bersabda:
عَنْ اَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اَلْجَنَّةُ تَحْتَ اَقْدَامِ الْأُمَّهَاتِ (رواه البخارى)
Artinya:
Dari Anas ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Surga itu di bawah telapak kaki ibu.” (H.R. Al-Bukhori)
f.       Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.:
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَارَسُوْلَ اللهِ مَنْ اَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُـمَّ أَبُوْكَ (رواه البخارى و مسلم)
Artinya:
Dari Abu Hurairah ra berkata: seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata: Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk saya pergauli dengan baik? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: kemudian bapakmu. (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)
g.      Riwayat yang lain menyebutkan:
Al-Bazzar meriwayatkan hadis dari Buraidah dari ayahnya bahwa ada seorang laki-laki yang sedang thowafsambil menggendong ibunya, lalu ia bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Apakah dengan ini saya sudah menunaikan haknya?” Beliau menjawab, “Belum, walaupun secuil.”2)

C.     ANALISA
Orang tua kita adalah orang yang sangat berjasa di dunia ini. Orang tua adalah ayah dan ibu kita. Berbuat baik kepada beliau berdua menjadi kewajiban seorang anak. Berbuat baik kepada kepada kedua orang tua biasa dikenal dengan istilah birr al-walidain.
Kata birr berasal dari bahasa Arab yang berarti taat dengan mempergaulinya secara baik atas dasar cinta dan kasih sayang. Menurut Imam Nawawi birr al-walidain itu adalah berbuat baik kepada kedua orang tua, bersikap baik kepadanya, serta melakukan hal-hal yang dapat membuatnya bahagia serta berbuat baik kepada teman dan sahabat-sahabat keduanya.
Al-Imam Adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birr al-walidain itu dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban yaitu:
1.    menaati segala perintah orang tua kecuali dalam maksiat.
2.    menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua.
3.    membantu atau menolong orang tua apabila beliau berdua membutuhkan.
Birr al-walidain merupakan perintah Allah SWT yang telah menjadi ketetapan-Nya untuk dilaksanakan oleh setiap anak manusia. Menghormati dan menghargai serta berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban yang harus dipatuhi karena begitu besar jasa dan pengorbanan kedua orang tua, sampai-sampai Allah SWT berwasiat kepada seluruh umat manusia untuk berbuat baik kepada keduanya terlebih kepada ibu.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa dalam surat An-Nisa’ ayat 36, Allah SWT menghubungkan peribadatan kepada-Nya dengan peribadatan berupa berbuat baik kepada kedua orang tua. Ini menandakan bahwa betapa mulianya kedudukan kedua orang tua dan betapa besar makna dari birr al-walidain itu sendiri.
Salah satu dari kedua orang tua yaitu seorang ibu. Beliau telah mengandung anaknya berbulan-bulan lamanya. Dalam pada itu, keadaannya lemah bertambah lemah. Setelah sang anak lahir, belumlah berhenti perjuangan seorang ibu. Beliau menyusuinya dan kemudian menyapihnya setelah kurang lebih dua tahun lamanya. Oleh karena itu seorang anak wajib bersyukur kepada kedua orang tuanya yang telah menjadi musabab lahirnya anak di dunia ini.
Etika anak terhadap kedua orang tua telah diatur rinci dalam al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 23. Mengucapkan kata “ah” (saja) kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata kasar atau kata-kata kotor kepada beliau berdua. Atau bahkan memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu. Sebagai seorang anak harus sopan dan lemah lembut kepada kedua orang tua. Rendahkanlah diri seorang anak terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah dengan perkataan yang mulia. Kita sebagai seorang anak juga diperintah untuk mendoakan mereka berdua, agar kiranya Allah SWT selalu melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kedua orang tua.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 8 sinkron dengan surat Luqman ayat 15. Kedua ayat tersebut juga menyebutkan bahwa jika kedua orang tua memaksa untuk menyekutukan atau menyembah kepada selain Allah SWT, maka janganlah seorang anak mengikutinya, namun tetaplah pergauli keduanya dengan baik selama di dunia ini. Hal itu menunjukkan bahwa kepada kedua orang tua yang syirik pun seorang anak harus berbuat baik selama hidupnya di dunia. Apalagi jika kedua orang tua adalah orang yang beriman kepada Allah SWT, maka tidak ada alasan yang bisa dibenarkan untuk tidak berbakti kepada beliau berdua.
Urutan amal utama setelah sholat pada waktunya yaitu birr al-walidain atau berbuat baik kepada kedua orang tua. Bahkan birr al-walidain tidak kalah utama bila dibandingkan dengan jihad di jalan Allah. Ketahuilah bahwa ridla Allah SWT terletak pada keridlaan kedua arang tua. Nabi Muhammad SAW memberi motivasi dan memerintahkan kepada umatnya untuk berbakti kepada kedua orang tua, karena keridlaan Allah SWT berada pada keridlaan kedua orang ibu dan bapak. Juga kemarahan atau kemurkaan Allah SWT terletak pada kemurkaan kedua orang tua.
Ibu adalah salah satu dari kedua orang tua. Perbandingan seorang ibu dengan ayah yaitu tiga banding satu. Pernah suatu ketika seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata: Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk saya pergauli dengan baik? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: kemudian bapakmu. Bahkan menurut Hadits dari Anas ra, atas dasar nilai bakti seorang ibu maka Rasulullah SAW mengumpamakan bahwa surga itu di bawah telapak kaki ibu.


D.    KESIMPULAN
Paparan makalah kami di atas dapat ditarik simpulannya antara lain:
o  Berbuat baik kepada kepada kedua orang tua biasa dikenal dengan istilah birr al-walidain.
o  Birr al-walidain merupakan perintah Allah SWT untuk dilaksanakan oleh setiap anak manusia
o  Birr al-walidain dapat direalisasikan dengan:
1.    menaati segala perintah orang tua kecuali dalam maksiat.
2.    menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua.
3.    membantu atau menolong orang tua apabila beliau berdua membutuhkan.
o  Akhlak anak terhadap orang tua antara lain:
1.    Anak wajib bersyukur kepada orang tuanya yang telah menjadi musabab lahirnya anak di dunia
2.    Tidak boleh mengucapkan kata-kata kasar atau kata-kata kotor kepada orang tua
3.    Harus sopan dan lemah lembut kepada kedua orang tua.
4.    Merendahkan diri terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan/ kasih sayang
5.    Mendoakan mereka berdua
6.    Jika orang tua memaksa untuk menyekutukan Allah SWT, maka janganlah mengikutinya, namun tetaplah pergauli keduanya dengan baik
o  Tiga amalan utama secara berurutan: sholat tepat waktu, birr al-walidain, dan jihad fisabilillah
o  Ridla Allah SWT tergantung pada ridla kedua orang tua dan murka Allah SWT tergantung murka kedua orang tua
o  Perbandingan ibu dengan ayah dalam nilai bakti ibarat tiga banding satu.
o  Surga digambarkan oleh Nabi SAW sebagai berada di telapak kaki ibu.
Demikian makalah selesai kami susun. Mohon kritik dan sarannya. Terima kasih.


E.     DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag., Akhlak Tasawuf, CV. Pustaka Setia, 2010
Drs.H. Mustofa, Akhlak Tasawuf, CV. Pustaka Setia, 1997
Dr. Juwariyah, M.Ag., Hadis Tarbawi, Teras, 2010

Komentar

Postingan Populer